ABSTRAK
Kata kunci : ngubeng nganten,
asal mula, kajian semantik.
Masyarakat Jawa dikenal dengan masyarakat
berbudaya yangmasih
mempertahankan tradisinya hingga sekarang. Tidak hanya itu, tiap tradisi juga
memiliki makna dan simbol tertentu. Tradisi Ngubeng
Nganten Gapura Padureksa merupakan salah satu tradisi yang maish
dilaksanakan waraga loram kulon. Tradisi ini juga memiliki makna-makna yang
mendalam yang diperciyai masyarakat. Namun sayang, banyak masyrakat yang hanya
melakukan trdiis ini tanpatahu asa mula dan makna sebenranya dari tradisi ini. Jadi,
makna dana sal mula tradisi Ngubeng
Nganten Gapura Padureksa merupakan kajian yang tepat untuk dikaji dalam
penelitian ini.
Masalah
yang diteliti dalam makalh ini adalah bagimana asal muasa trdadisi Ngubeng Nganten Gapura Padureksa. Serta
bagimana makna yang terdapat dalam tradisi Ngubeng
Nganten Gapura Padureksa. Berdasarkan masalah tersebut, penelitian ini
bertujuan untuk Menjelaskan asal mula
tradisi Ngubeng Nganten Gapura Padureksa serta menjelaskan makna tradisi Ngubeng Nganten Gapura Padureksa.
Dalam penelitian ini
digunakan pendekatan metodologisdan teoritis. Sumber data penelitian ini berupa
informasi dari narasumber dan buku. Data penelitian ini ada data primer dari
wawancara dan sekunder dari referensi buku. Sedangkan metode yang digunakan
merupakan metode wawancara dan studi pustaka.
Penelitian ini
mengahasilkan penjelasan mengenai asal mula tradisi Ngubeng Nganten Gapura Padureksa yaitu yang digagas oleh ulama Tji
Wie Gwan. Selanjutnya diadaptkan penjelasan mengenai makan dari tradisi Ngubeng Nganten Gapura Padureksa yaitu
makna rasa syukur, permohonan doa, tolak balak,dll.
Tradisi ini sebaiknya
tetap dilestarikan sebagai sarana nguri-uribuaday jawa. Selain itu agar juaga
dipahami asal mula dan makna dari tradisi Ngubeng
Nganten Gapura Padureksa secara mendalam.
1.1 PENDAHULUAN
1.1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara
multikultural yang terdiri atas beragam suku dan bangsa. Beragam suku tersebut
juga membawa beragam budaya yangmerupakan bagian tak terpisahkan dari
masayarakat. Begitu pula dengan Budaya orang Jawa yang memiliki berbagai
tradisi yang berbeda di setipa daerahnya. Perbedaan tradisi tersebut karena
setiap msayrakat tertentu berbeda dalam memaknai suatu hal. Ilmu yang
mempeljari makna dikenal dengan Semantik.
Mempelajari semantik di
budaya Jawa tidak hanya belajar makna secara kulitnya saja tetapi mempeljari
makna samapai mendalam. Mislanya saja filosofi bendera kematian yang berbeda di
setiap daerah. Di daerah A ada yang menggunkan warna kuning, hijau, bahkan
hitam. Contoh lain, pertanda-pertanda yang dimakanai kan terjadi
sesuatu.Misalnya ayam yang berkokok di jam yang masih malam pertanda ada gadis
yang hilang keperawannya, atau kokok ayam sebgai pertanda malaikat lewat, dsb.
Salah satu tradisi orang
jawa yang masih dipercayai masyarakat di Loram Kulon kabupaten Kudus adalah
radisi ngubeng nganten gapura padureksa.
Tradisi ini dilakukan msayarakat loram ketika melakukan pernikahan. Setelah
melaksnakan ijab kobul, kedua mempelai diwajibkan untuk mengitarai gapura
sebanayak satu kali putaran. Hal ini dipercaya mamapu memberikan berkah luar
biasa bagi pengantin baru. Sebalaiknya, jika tidak melaksanakan tradisi ini
maka dipercaya kan mengalami kesialan-kesialan dalam rumah tangganya.
Berbagai penjelasan di atas
menarik untuk dipelajari lebih lanjut. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk
membuat makalah dengan judul “Makna Tradisi Ngubeng Nganten Gapura Padureksa :
Kajian Semantik”
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagimana asal mula tradisi ngubeng nganten gapura
padureksa?
2. Bgaiamana makna tradisi ngubeng nganten gapura
padureksa?
1.3 Tujuan dan Metode
Tujuan dari penelitian ini
adalah.
1. Mendeskripsikan asal mula
tradisi ngubeng nganten gapura
padureksa.
2. Mendeskripsikan makna tradisi ngubeng nganten
gapura padureksa.
Metode
1. Pendekatan
Pendekatan yang digunakan
dalam peneltina ini adalah pendekatan metodologis dan teoritis. Metodologis
yang digunkan yaitu deskriptif kualitatif. Deskriptif kulaitatif digunakan
untuk menjelaskan makna tradisi ngubeng nganten gapur padureksa.
Teoritis digunakan dengan
menggabungkan makna antara bahas dan budaya kaitannya dengan kajian semantik.
2. Data dan Sumber Data
Data merupkan segala fakta
dan angka yang diperoleh dari informasi. Dalam hal ini yaitu data mengenai
makan tradisi ngubeng nganten gapura padureksa.
Sumber data yang digunakan
yaitu primer dansekunder. Sumber data primer diperoleh dari wawancaradengan
naarsumber yaitu sesepuh desa dan masyarakat sekitar loram kulon. Sedangkan,
sumberdata sekunder diperoleh dari buku-buku yang berkaitan dengan makna tradisi
ngubeng nganten gapura padureksa.
3.Metode Penelitian
Metode yang digunakan adalah
metode wawancara dan studi pustaka. Metode wawancara untuk mendapatkan
informasi dilakukan dengan mengajukan pertanyaan kepada narasumber berkaitan
dengan ngubeng nganten gapura padureksa. Sedangkan studi pustaka dilakukan
dengan mencari referensi yang berkaitan dengan topik yang sedang dibahas.
1.4 Pembahasan
Semantik merupakan ilmu yang
mempelajari tentang arti makna. Chaer (2002:2).Semantik merupakan bidang studi
dalam linguistik yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa. Salah satu
jenis semantik yaitu semantik budaya. Dalam semantik budaya ini menjelaskan
bagaimana makna budaya pada daerah-daerah tertentu dalam waktu tertentu yang
biasanya menggunakan simbol-simbol pada perayaan tradisi dalam budaya tersebut.
Budaya yang ada sampai saat ini masih banyak sekali jumlahnya. Dalam budaya
Jawa, terdapat banyak tradisi-tradisi yang sampai sekarang masih dipertahankan.
Salah satu budaya yang masih dipertahankan hingga kini yaitu tradisi ngubeng nganten gapur
padureksa.
1.4.1 Asal mula tradisi ngubeng
nganten gapura padureksa.
Masjid Wali loram kulon didirikan
oleh Tji Wie Gwan seorang yangdatang dari Champa. Dia merupakn murid dari Sunan
Kudus yang dierintah untuk menyebarkan agama islam di kudus bagian Selatan. Tji
Wie Gwan memilih daerah loram karena padawaktu itu mastarakatnya masih banyak
yang memeluk agam hindu. Siasat yang digunakan untuk menrik minat msyarakat
loramadlah dengan membangun masjid yang memiliki gapua menyerupai gapura hindu.
Lambat lau wraga yang penasaraarn tertarik dan akhirnya ikut beljar kepada
TjiWie Gwan. Lama kelamaan masyrakat loram kulon banayak yang memeluk agama
islam.
Tji Wie Gwan juga sering mengisi acara
di masjid dengan ajaran-ajaran selesai salat Jumat. Banyak santri yang telah
selesai belajar pulang ke kampung halamannya dan menikah. Tak hanya itu mereka
juag emngharapkan kehadiran sang Guru untuk memberi restu. Karena banyak yang
menikah padawaktu yang bersamaan, Tji Wie Gwan akhirnya memanggil
murid-muridnya yang kan menikah untuk berkmupul di Masjid. Karena belum daa
KUA, maka pada jaman itu didoakanlah mereka secara bersamaan. Setelah mereka
melakukakan ijab kobul, mereka diperintah untuk memutari gapura padureksa masjid
Wali sebanyak satu kali putaran. Hal ini dimaksudkan agar pengantin-pengantin
tersebut mendapat keberkahan.
1.4.2 Makna Tradisi Ngubeng
Nganten Gapura Padurekasa
Tradisi ngubeng
nganten gapura padureksa telah menjadi bagian kebudayaan masyarakat Jawa di
daerah loram kulon yang hingga kini masih dipercayai untuk dilakukan. Pengantin
yang telah melaksankan ijab kobul di dalam masjid kemudian diarak oleh kerabat
mengitari gapura padureksa. Pengantin mengitari gapura dari barat kemudian
menuju gaupra timur. Setelh itu mereka
didoakan oleh kerabat dan juga ulama setempat agarmenjadi keluarga yang sakinah
mawadah warrahmah.
Masayarkat juga masih percaya jika tidak melakukan
tradisi ini kan mendapatkan hal-hal yang tidak diingingkan dalam rumah tangga.
Misalnya ada keluaraga yang terkena musibah, ada musibah saat pernikahan, dsb.
Oleh karena itu tradisi ini masih dilakukan hingga sekarang sebagi sarana
nguri-uri budaya.
Sebelumnya, keluarga juga juga telah menyiapkan
ubarampe berupa sega kepel dan bothok sebagai tradisi yang juga dipercayai
pemilik hajat. Nasi kepel yang dipakai berjumlah 7 bungkus dan lauk bothok 7 bungkus. 7 ini
maksudnya dalam basa jawa berarti pitu, yang mempunyai arti filsafat “Pitulung
(pertolongan), Pitutur (nasihat), Pituduh (petunjuk)” dalam menjalani hidup di
dunia. Diharapkan sego ini bisa menjadi sedekah yang dapat memmbawa keberkahan
pula bagi pemilik hajat.
Secara tersirat makna dari tradisi
ngubengnagnten gapura padureksa ini adalah
1. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT.
2. Memohonkan doa kepada keluarga dan masyarakat agar
mempelai mendapat keberkahan.
3. Mengenalkan kepada masyarakat jika mereka telah menikah
dan memohon doanya.
4. Tradisi ini juga sebgai upaya nguri-uri tradisi pendahulu.
5. Menjaga watak religius warga sekitar masjid wali
6. Bisa sebagai sarana sedekah dengan sego kepel dan bothok.
7. Dipercaya
jika tidak melakukan tradisi ini akan terjadi hal-hal yang tidak dinginkan
dalam rumah tangga.
5 SIMPULAN dan SARAN
Berdasarkan hasil analisis
terhadap tradisi Ngubeng Nganten Gapura Padureksa dapat disimpulkan bahwa
menjadi tradisi yang memiliki banyk makna yang luhur. Mislanya makna rasa
syukur, sedekah, doa, dsb. Tradisi ini digunkan sebagai sarana untuk memohon
doa gar pernikahan mempelai mendapat keberkahan. Sedangkan, masyarakat juaga
masih meyakini bahwa jika tidak melakukan tradisi ini kan terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan dalam rumah tangga mempelai. Bagimanapun, trdadisi ini
merupakan tradisi yang harus tetap dilestrikan.
Adapun saran penulis yaitu.
1.
Agar tradisi ini bisa dimanfaatkan sebgai potensi budaya kearifan lokal.
2. Masyarakat mau
mempelajari makan sesungguhnya dari tradisi ini,tidak seakadar elakukan tanpa
tahu makna sebenarnya.
3. Pemerintah mau membantu
mengenlakan potensi di masjid ini garsemakin dikenal masyarakat luas.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 1994. Pengantar Sematik Bahasa Indonesia.
Jakarta : Rineka Cipta.
k241n2rsclu687 vibrating dildos,horse dildo,masturbators,g-spot dildos,realistic dildos,vibrators,fantasy toys,dildos,dog dildo a751g7gcdlm794
BalasHapus