Denting
maret sebelas menyapaku
Aku
tahu, aku belajar mematik karenanya
ludah
kalian mulai memercik hina
pada
cangkul yang menjelma bintang biru
pada
semar yang berkhayal menjadi ratu
Tapi
lihatlah…
Aku
bergerak pada masa ini
Aku
merayap pada orasi basi
Mencongkel
peci baru sisa lumbung kosong
Tapi
lihatlah….
Kalian
menyedihkan layaknya curut berit
Mengerat
pada sisa-sisa kuasa sang Proklamator
Menjilat
pada aspal yang masih tanah
Lihatlah….
Dan
aku titahkan satriya piningit pada senyumku
Dan
selarasku berbicara membungkam senyummu
Sedang
aku tersenyum melihat merah putih berkibar di tiang bambu
Sedang
kalian berpesta swasembada
Menebar
biji pada jalan-jalan berdarah
Bukankah
darah kalian sedikit pengorbanan saja?
Kini,
keranda suteraku telah dibentangkan
Kudengar
nyanyian kalian akan reformasi
Berkipas-kipas
pada demokrasi mati
Ane
cukup mesem mendengar cacian lewat balik
kuburan
0 komentar:
Posting Komentar