Pages

Ads 468x60px

Kamis, 10 Juli 2014

Selembar Surat Cinta

Kutulis surat cinta ini
Kala hujan gerimis
Bersama derai-derainya
Melayarkan perahu kertas ini
Menunggumu, dan memaknamu kepada dermaga dan labuhannya
            Maka kala senja itu gadis kecil duduk termangu
            Mengayunkan kakinya satu dua
            Gadis kecil memaknamu adalah menunggu Ayahnya di perbatasan gaza
            Ia menyebar doanya pada langit lepas untuk menyampaikan serat rindunya
            Dengan sederhana meminta Ayah pulang untuk tarawih bersama
Kala pagi itu, Hujan masih gerimis
sang kupu bermandikan sayap indahnya
Burung-burung terbang lepas merobohkan tiraninya
Ia tampak bersenda gurau dan malu-malu memaknamu
Menyapu udara dengan sajak-sajak lepasnya
Sajak-sajak syukur dan tasbih di setiap malammu
            Fajar itu kutatap sang menara di ufuk kudus
            Ribuan santri memaknamu adalah mencari maknaNya
            Memaknamu dalam derasnya ayat-ayat Allah
            Menunggu 1001 bulan dalam ibadah di setiap malammu
Aku berjalan lagi…
Predikat yatim piatu disandang sejak mereka tau dunia
Namun mereka tak ingin ketinggalan ikut memaknamu
Baginya bulanmu adalah berkah
Setahun sekali dapat baju baru, makan enak, uang jajan
Katanya karena kehadiranmu uluran sang dermawan datang bak menganak sungai
Sayang-sayang kertasku masih terlipat menuliskan surat ini
Langkah gontai mengelana di kolong langitNya
Menyusur jejak menyaksikan butir-butir cinta yang mengukir tiap ruh
Aku belum bisa memakna dan menulis surat cinta untukmu
Terdengar sayup-sayup seratan cinta sang pemilik Arsy
Aku duduk diam terpaku di bawah menaranya
Aha…kini aku tahu
Bagiku kau sama saja, masih Ramadhanku yang dulu
Masih bulan yang kutunggu dan ditunggu yang lain
Masih kumakna dengan merangkai jawaban kebaikan dari setiap perantanyaanku
Bagiku kau adalah kau, Ramadhan yang penuh berkah
Yang dijanjikan kemuliaan, ampunan dan segalanya oleh sang pemilik Arsy
Maka aku akan memaknanmu dalam kesepenuhan ibadah
Dan menjemputmu dalam pintu kesempurnaan yang fitri

Kesempurnaan hakiki sebagi parcel dari Ilahi

0 komentar:

Posting Komentar