Kutulis surat
cinta ini
Kala hujan
gerimis
Bersama
derai-derainya
Melayarkan
perahu kertas ini
Menunggumu, dan
memaknamu kepada dermaga dan labuhannya
Maka kala senja itu gadis kecil
duduk termangu
Mengayunkan kakinya satu dua
Gadis kecil memaknamu adalah
menunggu Ayahnya di perbatasan gaza
Ia menyebar doanya pada langit lepas
untuk menyampaikan serat rindunya
Dengan sederhana meminta Ayah pulang
untuk tarawih bersama
Kala pagi itu,
Hujan masih gerimis
sang kupu
bermandikan sayap indahnya
Burung-burung
terbang lepas merobohkan tiraninya
Ia tampak
bersenda gurau dan malu-malu memaknamu
Menyapu udara
dengan sajak-sajak lepasnya
Sajak-sajak
syukur dan tasbih di setiap malammu
Fajar itu kutatap sang menara di ufuk
kudus
Ribuan santri memaknamu adalah
mencari maknaNya
Memaknamu dalam derasnya ayat-ayat
Allah
Menunggu 1001 bulan dalam ibadah di
setiap malammu
Aku berjalan
lagi…
Predikat yatim
piatu disandang sejak mereka tau dunia
Namun mereka tak
ingin ketinggalan ikut memaknamu
Baginya bulanmu
adalah berkah
Setahun sekali
dapat baju baru, makan enak, uang jajan
Katanya karena
kehadiranmu uluran sang dermawan datang bak menganak sungai
Sayang-sayang
kertasku masih terlipat menuliskan surat ini
Langkah
gontai mengelana di kolong langitNya
Menyusur
jejak menyaksikan butir-butir cinta yang mengukir tiap ruh
Aku
belum bisa memakna dan menulis surat cinta untukmu
Terdengar
sayup-sayup seratan cinta sang pemilik Arsy
Aku
duduk diam terpaku di bawah menaranya
Aha…kini
aku tahu
Bagiku
kau sama saja, masih Ramadhanku yang dulu
Masih
bulan yang kutunggu dan ditunggu yang lain
Masih
kumakna dengan merangkai jawaban kebaikan dari setiap perantanyaanku
Bagiku
kau adalah kau, Ramadhan yang penuh berkah
Yang
dijanjikan kemuliaan, ampunan dan segalanya oleh sang pemilik Arsy
Maka
aku akan memaknanmu dalam kesepenuhan ibadah
Dan
menjemputmu dalam pintu kesempurnaan yang fitri
Kesempurnaan
hakiki sebagi parcel dari Ilahi
0 komentar:
Posting Komentar